Cerita Dwi Ali Sukoco, Kakek 65 Tahun Jadi Peserta Event Paralayang di Parigi Moutong

banner 468x60
Dwi Ali Sukoco, Salah satu peserta Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Paragliding Trio Indonesia Air Force Cup Seri I 2022 di Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong. FOTO : istimewa.

Noteza.id | Parigi Moutong – Dwi Ali Sukoco, itulah nama lengkap seorang kakek yang masih energik, salah satu peserta asal Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang ikut lomba Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Paragliding Trio Indonesia Air Force Cup Seri I 2022 di Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang digelar 18-20 Maret 2022.

Dwi Ali Sukoco yang akrab disapa Ali itu saat ini berusia 65 tahun dan telah memiliki pengalaman terbang sebanyak 12.000 kali terbang.

banner 325x300

“Setiap kali terbang kami catat, makanya saya tahu berapa kaliĀ  terbang,” ucapnya.

BACA JUGA : Jelang Kejuaraan Paralayang di Tinombo, Seorang Atlit Uji Coba Take Off Dari Bukit Bendera

Kata Ali, ia mengikuti kegiatan penerbangan sejak tahun 1973. Saat itu kata ia masih terjun payung statik. Selanjutnya kata Ali pada tahun 1976 sampai tahun 1995 ia menggeluti terjun payung Tripol. Ditahun 1995 ternyata Terjun Payung Tripol ada urutannya sehingga ia tidak mampu untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, dan kemudian ia pindah ke diving sampai pada level master dive.

“Nanti di tahun 2023 pada usia 45 tahun saya mulai bergelut di Paralayang, dan saya pernah Tandem turis waktu di Manado, dan saat itu masih Dinas aktif. Jadwal saya Tandem tamu hari Jum’at, Sabtu dan Minggu,” bebernya.

Lelaki pensiunan Guru di SMK Negeri Singosari Malang Jatim itu juga mengagumi spot Paralayang yang ada di Kecamatan Tinombo.

“Spot Paralayang disini bagus sekali, mulai dari tempat take offnya hingga landingnya sangat bagus, hanya saja  terpengaruh oleh kondisi pohon mangrove sehingga mau turun saja sulit. Jadi ada angin dari laut terhalang oleh mangrove tadi,” jelasnya.

Namun kata Ali, pohon mangrove tidak bisa ditebang karena dilindungi oleh negara dan merupakan program nasional, sehingga solusi terbaik adalah di depan tempat landing yang masih ada rawa ditimbun atau diratakan keseluruhan.

BACA JUGA : Pemda Parigi Moutong Gelar Rapat Persiapan Kejurda Atletik dan Paralayang di Tinombo

“Kan katanya ada kegiatan Paralayang tingkat Internasional disini, jadi solusi saya yang masih rawa-rawa diratakan saja, apalagi kalau ditanami reremputan seperti jadinya lapangan sepak bola, itu jauh lebih baik, karena itu bisa menyerap panas, kalau ini kan panasnya memantul saat menguap, ia akan membujurkan termis panas, dan panasnya cepat sekali menuju ke awan sehingga ketika landing akan dipengaruhi karena adanya termal termal (kolom udara),” jelasnya.

Untuk posisi tempat take off-nya menurut Ali sangat bagus, apalagi telah dipaving blok dan dikarpetkan sehingga jarang peserta gagal saat take off.

“Jalurnya ketempat take off dari landing sangat luar biasa bagusnya. Kalau di tempat lain harus berjalan kaki terlebih dahulu kurang lebih 100 meter,” ujar Ali yang juga sebagai Instruktur Paralayang itu, dikutip dari siaran pers Diskominfo Parigi Moutong, Sabtu (19/3/2022). (BM)

banner 325x300
banner 120x600