Noteza.id | Mantan Wakil Kepala BIN, As’ad Said Ali angkat bicara soal penembakan enam laskar FPI yang mengawal Habib Rizieq Shihab (HRS) di Tol Cikampek.
Menurut As’ad, seharusnya penguntitan atau dalam ilmu intelijen disebut penjejakan fisik atau physical surveillance dilakukan dengan mobil, maka minimal kendaraan yang digunakan harus dua kali lipat dari jumlah yang diikuti.
As’ad menjabat sebagai Wakil Kepala BIN selama sembilan tahun di era Presiden Gus Dur, Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden SBY.
“Kalau lawan curiga, penjejak bisa membatalkan misinya atau menekan lawan untuk menghentikan mobil, tetapi tetap berpura-pura tidak menjejaki yang bersangkutan, misalnya mengatakan ada kesalahpahaman,” tulis As’ad melalui laman Facebook-nya, Selasa (8/12/2020).
Namun jika penguntitan sampai berujung pada aksi kekerasan apalagi pembunuhan, menurutnya berarti ada misi lain. Ia pun mengatakan jika itu terjadi bisa saja akibat kecerobohan petugas.
“Kalau sampai terjadi aksi kekerasan apalagi pembunuhan, maka misinya bukan surveillance, tetapi ada misi lain atau kecerobohan petugas. Walllahu a’lam,” katanya seperti dikutip dari INEWS.
Wakil Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 ini pun berharap tim pencari fakta segera dibentuk. Ia pun mengimbau masyarakat tak terlalu larut dalam kejadian ini dan menyerahkannya pada tim pencari fakta.
“Semoga tim bisa menjelaskan apa yang terjadi demi kebenaran. Rakyat tidak usah ikut-ikutan, jaga diri dari ancaman Covid-19,” ujarnya.
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran mengatakan tim Polda Metro Jaya terpaksa melakukan tindakan tegas dengan menembak mati enam simpatisan Habib Rizieq karena tim dari kepolisian mendapat serangan terlebih dahulu.
Ketua Umum DPP FPI, Ahmad Shabri Lubis menyebut laskarnya tak pernah dibekali dengan senjata apapun termasuk pengawal Habib Rizieq.