Suatu Gerak Kebaikan
Beli Tema IniIndeks

Konflik di Tubuh PWI: Hendry Ch Bangun Berhadapan dengan Upaya Pemakzulan, Langkah Rekonsiliasi Dimulai

Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Hendry Ch Bangun. FOTO : Istimewa

Noteza.id — Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Hendry Ch Bangun, saat ini tengah menghadapi tantangan besar di tengah kepemimpinannya setelah terpilih dalam kongres PWI di Bandung pada 2023. Sejumlah pihak di dalam organisasi tersebut mengupayakan pemakzulan Hendry dengan berbagai tuduhan, termasuk dugaan penyelewengan dana organisasi.

Tuduhan ini dimulai setelah kepemimpinan Hendry berhasil mendapatkan dana sponsor sebesar Rp6 miliar untuk program Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan Sekolah Jurnalistik di berbagai kota. Sejumlah pihak menuduh adanya penyalahgunaan dana terkait pemberian komisi dari dana sponsor tersebut, meskipun hasil audit menyatakan bahwa tidak ada penyelewengan, melainkan hanya mal administrasi.

Ketegangan semakin memuncak ketika beberapa anggota PWI yang tidak puas dengan kepemimpinan Hendry mengadakan rapat sendiri dan menunjuk Zulmansyah Sakedang sebagai Ketua Umum Pelaksana Tugas (PLT), serta mengeluarkan surat pemberhentian untuk Hendry. Namun, surat pemberhentian tersebut dinilai tidak sah karena ditandatangani oleh pihak yang tidak berwenang.

Dalam upaya untuk menenangkan situasi, Kementerian Hukum dan HAM melalui Menteri Supratman Andi Agtas, menginisiasi pertemuan antara Hendry Ch Bangun dan Zulmansyah Sakedang. Pertemuan tersebut menghasilkan komitmen kedua belah pihak untuk melakukan rekonsiliasi demi menjaga marwah PWI dan mempersatukan kembali organisasi yang sempat terpecah.

“Saya mengajak seluruh anggota untuk menjaga kesatuan dan keutuhan PWI. Kita harus fokus pada tujuan bersama dan mengantar kepemimpinan ini hingga akhir masa jabatan pada kongres 2028,” ujar Hendry Ch Bangun dalam pernyataan terbarunya.

Langkah rekonsiliasi ini diharapkan dapat mengakhiri polemik internal dan mengembalikan fokus PWI pada peningkatan profesionalisme wartawan di Indonesia. Para anggota PWI diimbau untuk menahan diri dan mendukung proses rekonsiliasi yang sedang berlangsung, dengan harapan bahwa organisasi ini dapat kembali solid dan berfungsi secara optimal.

“Kami berharap semua pihak bisa berpikir dengan tenang dan rasional untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Rekonsiliasi ini adalah solusi terbaik demi keberlangsungan organisasi,” tambah Supratman Andi Agtas.

Dengan situasi yang kini semakin dinamis, semua mata tertuju pada PWI dan bagaimana langkah rekonsiliasi ini akan berjalan. Dukungan penuh dari seluruh anggota diharapkan dapat menjaga stabilitas organisasi hingga kongres berikutnya di tahun 2028.