
Noteza.id – Dalam sebuah acara penting yang diadakan setelah perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 pada 17 Agustus 2023, masyarakat Tionghoa Indonesia telah mengeluarkan deklarasi Bhineka Tionghoa Nasionalis Indonesia (BTNI). Pada acara deklarasi tersebut, Erros Djarot, seorang budayawan yang memiliki tekad untuk mendukung semangat kebangsaan, menggarisbawahi pentingnya membebaskan Indonesia dari diskriminasi etnis.
Indonesia yang terdiri dari beragam etnis diingatkan bahwa diskriminasi etnis harus dihilangkan. Erros Djarot menekankan bahwa warga Tionghoa telah turut serta dalam perjuangan memerdekakan negara ini dari penjajahan masa lalu. Salah satu contoh nyata adalah Djiaw Kie Siong, yang memiliki rumah di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, yang menjadi tempat Soekarno dan Hatta menyusun naskah proklamasi pada 16 Agustus 1945.
Dalam deklarasi BTNI yang diadakan di kantor GBN, Jalan Penjernihan, Jakarta Pusat, para tokoh penting hadir untuk mendukung pernyataan ini. Hadir dalam acara ini adalah Bambang Soesatyo, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Erros Djarot yang merupakan seorang budayawan yang peduli akan nasib kebangsaan, Yono Hartono, Wakil Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), serta Vincen Djaya Saputra, Ketua BTNI, dan sejumlah tokoh masyarakat Tionghoa dari berbagai latar belakang.
Erros Djarot, yang menduduki posisi strategis sebagai ketua dewan pertimbangan BTNI, menyampaikan pidato yang mengundang tawa para hadirin. Dalam bahasa yang santai dan akrab, Erros menyinggung status Bambang Soesatyo sebagai Ketua MPR RI dengan kata-kata humoris yang membuat hadirin tertawa.
Deklarasi BTNI ini menandai langkah masyarakat Tionghoa Indonesia dalam mendukung kemajuan Indonesia yang berdaulat. Masyarakat beragam etnis di negara ini bersatu dalam tekad untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang bebas dari diskriminasi etnis, menghormati warisan bersejarah, dan mengutamakan persatuan dalam keragaman.