
Noteza.id – Menurut data yang dirilis oleh UNESCO, Indonesia berada di urutan kedua dari bawah dalam peringkat literasi dunia. Informasi ini disampaikan oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Parigi Moutong, Sakti Lasimpala, dalam acara Kunjungan Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca yang berlangsung di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Parigi Moutong pada Kamis (14/9/2023).
Menurut Sakti Lasimpala, literasi di Indonesia menghadapi tantangan serius karena minat baca masyarakatnya yang sangat rendah. Data dari UNESCO menunjukkan bahwa hanya sekitar 0,001 persen dari penduduk Indonesia yang secara aktif membaca. Ini berarti dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rajin membaca.
Sakti juga mencatat bahwa digitalisasi telah memiliki pengaruh besar terhadap minat baca. Ia menjelaskan perbedaan antara membaca melalui media digital dengan membaca di ruang perpustakaan. Membaca melalui media digital seringkali terganggu oleh iklan dan konten yang sesuai dengan minat pribadi pembaca, yang dapat mengganggu konsentrasi dan daya ingat. Sebaliknya, membaca di ruang perpustakaan memberikan lingkungan yang tenang dan memungkinkan pembaca untuk lebih fokus pada bacaan tanpa gangguan.
Situasi ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu melakukan upaya serius dalam meningkatkan minat baca di kalangan masyarakatnya. Ini melibatkan peningkatan akses ke sumber bacaan yang berkualitas, baik dalam bentuk cetak maupun digital, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya literasi dalam pengembangan individu dan masyarakat. Meningkatkan literasi adalah langkah penting untuk mencapai perkembangan yang lebih baik dalam berbagai sektor kehidupan.