border="0"

Muslim Harus Tahu, 11 Adab Jika Punya Utang

Noteza.id | Perkara utang piutang dalam Islam adalah hal yang sangat penting. Jadi, sudah seharusnya seorang muslim tidak pernah menyepelekan apapun terkait utang piutang. Setidaknya ada sebelas adab utang piutang yang harus dipelajari oleh seorang muslim.

Dengan mengetahui adab utang piutang dan mengikutinya, akan menghindarkan kita dari perbuatan zalim dan dosa.

banner 970x250

Di dalam ayat-ayat suci Alquran dan hadis sudah dijelaskan secara lengkap adab-adab utang piutang. Dirangkum dari situs resmi Pondok Pesantren Darunnajah melalui Okezone, berikut sebelas adab utang piutang dalam Islam:

1. Jangan ada niat tidak melunasinya

Adab utang piutang pertama yaitu jangan pernah mempunyai niat untuk tidak melunasinya. Ketika meminjam uang, jangan sampai memiliki niat untuk kabur dan tidak melunasinya. Bahkan tidak ada satu kata pun kepada si pemberi utang, mengapa Anda tidak bisa melunasinya.

Artinya: “Siapa saja yang berutang, sedang ia berniat tidak melunasinya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang pencuri.” (HR Ibnu Majah, hasan shahih).

2. Jangan lupa mencatat utang piutang

Apabila seseorang memiliki utang, maka jangan lupa untuk mencatatnya. Begitu juga yang memberikan utang juga harus ikut mencatatnya supaya kelak tidak ada perbedaan jumlahnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT :

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.” (QS Al Baqarah: 282).

3. Jangan merasa tenang jika masih punya utang

Adab utang piutang ketiga yaitu jangan merasa tenang jika dalam hidup masih memiliki utang. Sebab Anda akan seperti dikejar-kejar karena memiliki sesuatu yang harus dilunasi. Sebagaimana Hadist Nabi Muhammad SAW :

Artinya: “Barangsiapa mati dan masih berutang 1 dinar atau dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan (diambil) amal kebaikannya, karena di sana (akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR Ibnu Majah, shahih).

4. Takut mati jika masih punya utang

Maka dalam salah satu riwayat hadis pun menjelaskan bahwa orang yang masih memiliki utang tidak akan diampuni dosa-dosanya.

“Semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali utang.” (HR Muslim).

5. Jangan menunda-nunda melunasi utang

Saat memiliki rezeki lebih, maka jangan menunda membayar utang. Adab utang piutang kelima yaitu segera selesaikan utang piutang agar hidup lebih ringan selagi masih ada kesempatan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Menunda-nunda (bayar utang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kezaliman.” (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi).

6. Jangan menunggu ditagih

Jika punya utang jangan sampai menunggu ditagih. Anda harus inisiatif sendiri untuk melunasinya.

“Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran utang.” (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Jangan pernah mempersulit dan banyak alasan dalam pembayaran utang

Adab utang piutang ketujuh adalah jangan sekali-kali mempersulit dalam membayar utang kepada orang lain.

“Allah ‘Azza wa jalla akan memasukkan ke dalam surga orang yang mudah ketika membeli, menjual, dan melunasi utang.” (HR An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

8. Jangan pernah meremehkan utang meskipun sedikit

“Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai utangnya dibayarkan.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

9. Jangan pernah berbohong ke orang yang memberi utang

“Sesungguhnya, ketika seseorang berutang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila berjanji ia akan ingkar.” (HR Bukhari dan Muslim).

10. Jangan pernah berjanji jika tidak mampu memenuhinya

“… Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban …” (QS Al-Israa’: 34)

11. Jangan lupa doakan orang yang telah memberi utang

Adab utang piutang yang terakhir adalah mendoakan orang yang telah memberikan utang atau pinjaman kepada kita yang sedang membutuhkan.

Artinya: “Barang siapa telah berbuat kebaikan kepadamu, balaslah kebaikannya itu. Jika engkau tidak menemukan apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdoalah untuknya sampai engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya.” (HR An-Nasa’i dan Abu Dawud)

Wallahu a’lam bishawab. (**)

Artikel asli dimuat Islampos.com