Noteza.id | Parigi Moutong – Berbagai upaya terus dijalankan dalam rangka pencegahan stunting di Parigi Moutong. Diketahui, stunting adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya
Hingga tahun ketiga di 2021 ini, program pencegahan stunting masih terus digalakkan oleh Pemda Kabupaten Parigi Moutong melalui gugus tugas penanganan stunting yang dipimpin oleh Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda).
Pada tahun 2018, angka kasus stunting di Parigi Moutong tertinggi di Sulawesi Tengah mencapai 34 persen. Atas upaya-upaya yang dilakukan dalam kurun 2019 hingga 2020, Parigi Moutong mampu menekan hingga 20 persen.
“Ditahun 2018-2018 terdapat 34 koma sekian persen kondisi stunting di Parigi Moutong, Alhamdulillah dalam 2 tahun belakangan kita mampu menurunkan 10 persen setiap tahunnya, sehingga di tahun ini per Agustus kemarin, angka stunting di Kabupaten Parigi Moutong turun menjadi 10 sampai dengan 11 persen,” ujar Sekda Kabupaten Parigi Moutong, Zulfinasran SSTP MAP, saat membuka Lomba Kuliner Nusantara dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta Lomba Tari Pomonte 3 Generasi tingkat kecamatan yang digelar di halaman Kantor Kecamatan Parigi, Jumat (22/10/2021).
Salah satu program yang dijalankan Pemda dalam penanganan stunting adalah PMT bagi ibu hamil dan anak-anak usia 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Untuk itu Zulfinasran meminta kepada seluruh pihak, termasuk Pemerintah Desa (Pemdes) agar menjalin koordinasi dengan baik bersama Puskesmas dan bidan desa.
Hal ini untuk memastikan penanganan pencegahan stunting benar-benar berjalan baik. Sebab, Zulfinasran bilang, berdasarkan evaluasi yang dilakukan, tidak jarang pemberian PMT bagi ibu hamil dan anak-anak kurang sesuai atau tidak cocok untuk dikonsumsi oleh penerima PMT.
“Jadi minta tolong, jangan kita hanya menggugurkan kewajiban bahwa program PMT itu dilaksanakan, anggaran ada, bahan ada, penyerahannya ada tapi evaluasi monitoring setelah itu tidak ada,” tegas Ote sapaan akrab Sekda Zulfinasran.
“Karena hasil evaluasi yang kita temukan di lapangan di beberapa kecamatan, misalkan seperti susu. Ada anak-anak kita yang tidak cocok dengan susu yang diberikan. Malah ada anak-anak tidak terjadi perubahan dan tetap terlihat lesu,” tambahnya.
Hal-hal semacam itu kata dia, perlu pengawasan oleh bidan desa agar rutin melakukan pemantauan dan evaluasi dalam memberi PMT.
Ote menjelaskan, stunting bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik, namun yang terpenting ialah perkembangan otak setiap anak.
Ia juga menuturkan bahwa 1000 HPK adalah masa keemasan anak mulai saat dalam kandungan sampai melahirkan hingga berumur 2 tahun untuk mendapatkan asupan gizi yang baik guna membantu pertumbuhan fisik dan perkembangan otaknya. Untuk itu, dia menyarankan agar setiap masyarakat perlu memperhatikan pola asupan gizi setiap anak.
“1000 HPK ini mulai hamil sampai melahirkan dan sampai umur 2 tahun disitulah kesempatan kita meningkatkan gizi anak-anak kita untuk terhindar daripada stunting,” ucap mantan Kepala Bappelitbanda Parigi Moutong itu.
Jamal Ishak