border="0"

Sentuhan Budaya Modern Terhadap Suku Asing Lauje di Parigi Moutong

Noteza.id | Parigi Moutong – Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) Kabupaten Toli Toli menggelar dialog bersama Pemerintah Daerah (Pemda) Parigi Moutong dalam program acara Obrolan Budaya (RRI Net) dengan tema “Sentuhan Budaya Modern Terhadap Suku Asing Lauje Di Parimo” yang disiarkan secara langsung dengan mengambil lokasi bertempat di Pantai Lolaro Tinombo, (6/9/2021).

Pembicara pada Dialog Obrolan Budaya itu adalah Bupati Parigi Moutong H Samsurizal Tombolotutu selaku pembina adat Parigi Moutong, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Parigi Moutong Drs Aminudin dan Pengurus adat suku Lauje Rajab Lanaga yang dipandu oleh Ahmad Muqaddas dan Seharmi SE selaku moderator.

banner 970x250

Bupati Samsurizal dalam dialog mengatakan, selaku pembina langsung adat suku lauje yang bearada di Kecamatan Tinombo Selatan, Kecamatan Sidoan, Kecamatan Tinombo, Kecamatan Palasa dan Kecamatan Tomini jumlahnya kurang lebih 50 ribu jiwa, dan sebagian anak suku lauje sedang menempuh studi diberbagai daerah seperti Bone, Bitung, Sidoarjo dan lain sebagainya.

“Mereka (anak suku lauje) saat ini kami sekolahkan di jurusan Perikanan, Kesehatan, Pertanian, Guru dan lain sebagainya, bahkan sudah ada yang selesai. Mereka saya bina untuk digitalnya. Saya ajarkan bagaimana belanja melalui online tanpa belanja di pasar. Mereka diajarkan teknologi dan alhamdulillah sudah bisa, ” ujar Bupati.

Saat ini kata Bupati, yang bersatatus Mahasiswa sebanyak 86 orang dari 100 orang yang di binanya. Menurutnya, membina Komunitas Adat Terpencil (KAT) suku lauje gampang-gampang susah.

“Sebenarnya mereka itu tidak miskin,  tapi miskin pengaruh budaya adat istiadat. Saya contohkan, mereka kalau mau pangkas rambut harus izin atau ditemani dengan bapaknya sendiri, sementara mereka lagi kuliah dan orang tuanya jauh ada di kampung. Begitupun jika sakit, mereka tidak mau berobat ke dokter tetapi harus ditiup badanya. Budaya seperti ini hingga saat ini masih ada walaupun kita sudah kombinasikan dengan kesehatan namun mereka masih percaya hal hal demikian. Nah inilah secara perlahan kita rubah mainset cara berpikirnya. Masalah kepintaran jangan diragukan, mereka sangat cepat menagkap apa yang diajarkan, contohnya belajar main gitar, hanya dalam jangka waktu 4 jam mereka sudah tahu cara memainkan gitar, dengan baik,” tutur Samsurizal dikutip dari Media Diskominfo Parigi Moutong, Selasa (7/9/2021).

Bupati Samsurizal menambahkan, prestasi di perguruan tinggi anak anak suku lauje tidak kalah bersaing dengan lainnya, rata rata setiap semester nilai yang didapat adalah nilai A dan B tidak ada nilai C. Olehnya kata Samsurizal, harus dirangkul adat budaya suku lauje agar bisa maju. Karena kata ia, salah satu faktor Parigi Moutong tinggi garis kemiskinan adalah masih banyaknya warga di pedalaman dikatakan miskin padahal sebenarnya mereka kaya.

Sementara itu Kepala Dinas Disdikbud Parimo  Drs Amnuddin mengatakan, sejauh ini peran Pemerintah Parigi Moutong melalui Dinas Pendidikan terhadap suku lauje beberapa kali telah melakukan kunjungan di pedalaman, salah satunya di Kecamatan Tinombo Desa Patingke.

“Pada akhir tahun 2020 kurang lebih tiga hari lamanya kami melaksanakan pembukaan tempat pembelajaran, khususnya bagi sekolah TK/PAUD dan kesetaraan, karena di desa-desa kata ia banyak siswa atau anak tidak tersentuh atau tidak mau untuk belajar.

Kata Aminudin, ada 3 Kecamatan penyumbang terbesar angka putus sekolah yaitu Kecamatan Tinombo, Kecamatan Palasa dan Kecamatan Sidoan.

“Dengan situasi seperti itu banyak yang putus sekolah, maka kami atas petunjuk Bupati untuk tinggal di wilayah pegunungan sampai tiga hari, waktu itu saya masih menjabat Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Parimo,” jelasnya.

Terkait kendala anak-anak putus sekolah sehingga tidak mau melanjutkan pendidikan, Aminuddin menjawab bahwa akhir Juni 2021 Kepala Bidang PAUD berkunjung ke salah satu desa yaitu desa Taipa Obal dan ditemukan masalah pertama adalah kondisi ekonomi dan masalah kedua adalah masih hidup berpindah-pindah tempat dan tidak menetap.

Di bagian lain, Pengurus Adat Suku Lauje, Rajab Lanaga menyampaikan bahwa ia disebut sebagai istilah Kapitalau atau pengurus adat. Menurutnya, semua desa yang ada suku lauje semuanya mempunyai pengurus adat atau Kapitalau Desa dan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten untuk memberikan motivasi.

“Pengurus adat Desa bersama Pemerintah membantu memberikan motivasi kepada anak anak suku lauje, dan alhamdulillah berkat Bupati Parigi Moutong anak suku lauje sudah ada yang berstatus sarjana ada di Desa Ogoalas, Patingke dan Desa lainya,” tandasnya.

Kegiatan pada hari itu juga dilanjutkan dengan dialog sesi kedua dengan topik “Pelestarian Benda Budaya Situs Suku Lauje Tinombo Kabupaten Parigi Moutong

M. Taswan