Noteza.id | Anggota senior Taliban, Mullah Abdul Ghnai Baradar, bertemu dengan mantan presiden Afghanistan periode 2001-2014, Hamid Karzai, untuk membahas struktur pemerintahan baru di negara itu.
Dilansir CNN Indonesia, AFP melaporkan bahwa dalam pertemuan pada Rabu (18/8) itu, hadir pula utusan perdamaian utama pemerintah sebelumnya, Abdullah Abdullah, demi menjamin kelancaran transfer kekuasaan.
The Guardian memberitakan bahwa saat ini, Karzai memang menjadi pemimpin upaya untuk memastikan peralihan kekuasaan secara damai karena Presiden Ashraf Ghani kabur ke Uni Emirat Arab sejak awal pekan.
Sementara Juru Bicara Taliban, Wahedullah Hashimi, mengatakan bahwa Afghanistan kemungkinan akan diperintah oleh satu dewan dari kelompok tersebut.
Pemimpin pergerakan militan Taliban, Haibatullah Akhundzada, diperkirakan akan tetap bertanggung jawab secara keseluruhan, dengan jabatan setara presiden. Wakil Akhundzada kemungkinan bakal menjabat status presiden.
Sementara itu, pemimpin Taliban saat berkuasa pada 1996 silam, Mullah Omar, akan tetap berperan di balik layar. Ia akan menyerahkan tugas-tugas kenegaraan ke satu dewan yang ditunjuk.
Struktur kekuasaan yang digambarkan Hashimi disebut akan mirip dengan saat Taliban berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001.
Para pemimpin Taliban diperkirakan akan menetapkan sistem pemerintahan tersebut akhir pekan ini. Meski sistem pemerintahan belum jelas, Hashimi menegaskan bahwa mereka tak akan menerapkan demokrasi.
“Tidak akan ada sistem demokrasi sama sekali karena tidak memiliki basis di negara kami,” kata Hashimi kepada Reuters.
“Kami tidak akan membahas sistem politik seperti apa yang harus kami terapkan di Afghanistan karena sudah jelas. Ini adalah hukum syariah dan hanya itu.”
Presiden Afghanistan yang kabur setelah Taliban menduduki istana kepresidenan pada Minggu lalu, Ashraf Ghani, mengaku mendukung upaya pembicaraan dengan Karzai ini.
“Saya ingin proses ini sukses,” katanya.
Sementara para elite politik membicarakan sistem pemerintahan, warga Afghanistan masih menjalani keseharian dengan bayang-bayang trauma akan kekejaman Taliban saat berkuasa pada 1996 lalu.
Kali ini, Taliban memang mengklaim ingin membentuk pemerintahan yang lebih terbuka, moderat, menghargai hak asasi manusia, dan melibatkan perempuan.
Setelah Taliban mengambil alih kekuasaan , ruas-ruas jalan di Afghanistan nampak lengang dari lalu lalang perempuan. Mereka merasa tidak aman sehingga harus bersembunyi menghindari Taliban.
Boby Monareh
Artikel Asli dimuat CNN Indonesia.